Minggu, 09 Desember 2012

Makalah Pengantar Teknik Industri PT. Coca-Cola Amatil Indonesia


Makalah Pengantar Teknik Industri
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia












Oleh:
Apriliyani Dwi Putri (10070212053)
Teknik Industri ( A )

A.    SEJARAH COCA COLA :
Minuman ringan (Soft Drink) Coca-Cola diciptakan oleh Dr. John S. Pemberton, seorang ahli farmasi dan ahli minuman dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, pada bulan Mei 1886. Ia mencampurkan suatu ramuan khusus dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma segar dan berwarna karamel, kemudian diaduk bersama air murni. Minuman ini kemudian dikenal dengan nama Coca-Cola. Pada awalnya penjualan minuman ini dilakukan dengan menempatkan minuman ringan (Soft Drink) tersebut di dalam guci besar yang diletakkan ditempat-tempat strategis.Namun adanya peningkatan jumlah pembelian menyebabkan penggunaan guci tersebut digantikan dengan kemasan botol yang lebih praktis.
The Coca-Cola Company didirikan tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di Atlanta, yang juga mempatenkan merek dagang Coca-Cola. Perusahaan ini merupakan induk dari semua perusahaan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca-Cola diseluruh Negara didunia dengan menyediakan bahan baku konsentratnya. Mulai tahun 1893, The Coca-Cola Company membangun pabrik sirupnya diluar Atlanta.
Presiden The Coca-Cola Company (1919-1955), Robert W. Woudruff, merupakan orang yang pertama kali mencetuskan gagasan agar minuman Coca-Cola tersebut dapat dinikmati tidak hanya oleh orang Amerika saja, tetapi juga untuk dikonsumsi oleh seluruh bangsa di dunia. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, maka pada tahun 1929 didirikan The Coca-Cola Export Cooperation, yaitu perusahaan yang menangani proses penjualan minuman keseluruh  pelosok negeri di dunia dengan cirri mutu, rasa, dan kesegaran yang sama.
Di Indonesia, Coca-Cola mulai dikenal pada tahun 1927 melalui De Nederland Indische Mineral Water Fabrieck yang membotolkan nya untuk pertama kali di Batavia. Selanjutnya perusahaan tersebut diambil alih oleh pedagang Indonesia dan berubah nama menjadi The Indonesian Bottles Ltd. N. V. (IBL) yang berstatus perusahaan nasional.
Pada tahun 1971, dengan pertambahan usahadan modal, IBL berubah menjadi nama baru PT Djaya Bevarages Bottling Company (PT. DBBC) yang merupakan pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia. Adanya penambahan modal tersebut meningkatkan kapasitas pabrik yang diikuti pula dengan penambahan macam produk yang dihasilkan dalam berbagai ukuran kemasan.
Pada tahun 1993 seluruh saham PT. DBBC diambil alih oleh Coca-Cola Amatil Ltd, suatu grup perusahaan pembotolan Coca-Cola dikawasan Asia Pasifik dan EropaTimur yang bermarkas di Sydney, Australia. Adanya perpindahan saham tersebut mengakibatkan nama PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (PT. CCAI). Tahun 2000, seluruh pabrik pembotolan minuman merek dagang Coca-Cola yang ada di Indonesia resmi bergabung menjadi satu dibawah PT. CCAI.
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling (PT. CCAIB) dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Distribution (PT. CCAID).PT. CCAIB bertugas untuk memproduksi minuman ringan (Soft Drink), sedangkan PT. CCAID yang bertugas untuk memasarkan dan mempromosikan minuman ringan (Soft Drink) yang dihasilkan PT. CCAIB. Untuk meningkatkan volume penjualan keseluruh wilayah Indonesia, maka PT. CCAI mengoperasikan pabrik pembotolan di 10 kota besar Indonesia, yaitu Medan, Padang, Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Pandaan, Bali, Makassar, dan BanjarBaru.
Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (PT. CCBI) dan PT. CCAID menjadi PT. Coca-Cola Distribution Indonesia (PT. CCDI). Seluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di Indonesia berada dibawah manajemen PT. Coca-Cola Indonesia (PT. CCI). PT. Coca-Cola Indonesia ini merupakan perwakilan dari The Coca-Cola Company yang menyuplai bahan baku konsentrat keseluruh pabrik pembotolan Coca-Cola di Indonesia dan menetapkan seluruh standar bahan baku yang digunakan oleh pabrik.
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) merupakan suatu badan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang usaha produksi minuman ringan. Perusahaan Coca-cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang pengusaha yaitu Bapak Portogtius Hutabarat (alm) dan Bapak Mugijanto. Seiring dengan perkembangan perusahaan maka pada bulan April 1992 PT. PAN Java Bottling Co bergabung dengan Coca-cola Amatil Limited Australia. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 2002 kembali merubah namanya hingga sekarang yaitu PT. Coca-cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java Operations.
PT. Coca-cola memiliki sebelas pabrik pembotolan yang ada di Indonesia yang terdapat di Semarang, Bandar Lampung, Padang, Ujung Pandang, Medan, Surabaya, Bandung, Bali, Jakarta, Banjarmasin dan Manado. Salah satu pabrik pembotolannya adalah PT. Coca-coala Bottling Indonesia (CCBI) di Semarang. CCBI hanya memproduksi minuman dalam kemasan botol. Coca-cola merupakan minuman yang terbuat dari bahan baku pilihan berupa air, gula, concentrate dan karbondioksida. Selain coca-cola juga terdapat produk minuman lainnya seperti Diet Coke, Sprite, Fanta, Frestea, Sunfill, Ades, Aquarius, Kres, A & W, Sar saparila dan Schwepees. Proses produksi coca-cola tentu saja menghasilkan limbah industri, limbag yang berbentuk gas berupa asap, cair berupa air yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan limbah padat berupa botol. Limbah tersebut telah mengalami proses pengolahan dengan yang aman dan tidak membahayakan makhluk hidup dan lingkungan sekitar. Hal tersebut merupakan bagian tanggung jawab dari PT. CCBI terhadap lingkungan dan wujud kepedulian sosial perusahaan kepada masyarakat. Saat ini CCBI Semarang telah memperkerjakan 1200 tenaga kerja yang telah memiliki KKB dengan Sp RTMM dan koperasi kendali harta segabai penunjang hubungan industrial Pancasila yang harmonis. Pengembangan tenaga muda Indonesia merupakan prioritas utama. Oleh sebab itu dalam perekrutan tenaga kerja, CCBI melakukan beberapa seleksi masuk diantaranya seleksi tes tertulis, psikotes dan wawancara tiga bulan. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas dan berkompeten. CCBI juga mengadakan berbagai macam training motivasi bagi para karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, bentuk training tersebut berupa pengadaan kegiatan refresing, outbond, pelatihan skill untuk karyawan baru. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kembali motivasi serta kinerja karyawan yang mangalami penurunan sehingga kualitas, kuantitas serta kontinuitas produk tetap terjaga. CCBI juga memberikan berbagai penghargaan bagi karyawan yang telah bekerja dengan baik serta memberikan kompensasi yang memadai berdasarkan tingkat jabatan yang telah dicapai di perusahaan. Tidak terlepas dari itu semua CCBI juga mempunyai serikat kerja yang dibentuk untuk menampung suatu gagasan, pendapat atau saran yang dapat memajukan perusahaan. Serikat keja memiliki peranan cukup besar di perusahaan karena perusahaan dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh para pekerja dan sebaliknya. Salah satu fungsi serikat kerja yaitu berusaha mengkomodil dari kebutuhan pekerja dimana usulan tersebut akan diangkat dalam Meeting Be Partied Award yang diadakan setiap tiga bulan sekali dan pada Three Partied Award setiap enam bulan sekali.

B.     Profil perusahaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
PT. Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor Coca-Cola di dunia. Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha Coca-Cola Amatil saat ini merupakan pengusaha
Indonesia yang juga adalah mitra usaha yang memulai kegiatan usahanya di Indonesia.Produksi pertama Coca-Cola Di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat itu hanya sekitar 10.000 krat. Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdirilah 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu, dan tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung dalam perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia Saat ini, dengan jumlah karyawan lebih dari 9.000 orang, jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 420.000 gerai eceran yang tersebar diseluruh Indonesia.








Logo PT.Coca-Cola Bottling Indonesia
Sumber: Company Profile PT. Coca-Cola Bottling Indonesia – Jawa Barat

C.    Struktur Organisasi
PT. Coca-cola Bottling Indonesia - Jawa Barat adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembotolan dan pendistribusian minuman ringan bermerek Coca-Cola, Sprite, Fanta, Frestea, Ades dan lainnya. Untuk menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai dengan standar, perusahaan PT. Coca-Cola Company menerapkan dengan ketat proses produksi yang diakui secara internasional.
Sementara itu untuk pendistribusian produk-produk tersebut dilakukan secara khusus oleh PT. Coca-Cola Amatil Indonesia - Jawa Barat. Di dalam menjalankan perusahaan ini tentulah didukung oleh seluruh karyawan yang menciptakan suatu tata kerja yang paling baik, teratur, dan rapi sebagai alat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan digariskan oleh perusahaan sebelumnya.
Salah satu cara untuk menciptakan suatu tata kerja yang baik, teratur, dan rapi adalah dengan menyusun struktur organisasi perusahaan sebagai hirarki dalam pemisahan tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang jelas dan tegas pada setiap bagian yang ada dalam perusahaan.
















Sumber : Company Profile PT.Coca – Cola Amatil Indonesia – Jawa Barat

Pimpinan tertinggi dari PT. Coca-cola Botling Indonesia Unit Jawa Barat di pegang oleh General Manager. General Mnager ini membawahi dua perusahaan , yaitu PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Jawa Barat sebagai perusahaan pembotolan dan PT.Coca-cola Distributor Indonesia Unit Jawa Barat sebagai pemasaran produknya untuk wilayah jawa barat dan sekitarnya. General Manager bertugas sebagai perencana fungsi organisasi serta wakil perusahaan untuk berhubungan dengan dunia luar perusahaan, masyarakat, dan pemerintah.
Di kedua perusahaan tersebut, General Manager membawahi langsung enam manager yang memimpin masing-masing departemen ,yaitu Finance Manager, Human Resources Manager yang membawahi Public Relations Manager, Genera sales, Business Service manager, Technical Operation. Setiap Manager departemen membawahi seorang atau beberapa supervisor atau officer.



D.    Prosese Produksi
Unit produksi Coca-Cola terdiri dari delapan proses, yaitu:
a.      Gudang
Gudang merupakan tempat penyimpanan bahan baku yang terdiri dari gula standar industri, air yang dimurnikan, soda pengkarbonasi, dan formula konsentrat (concentrate).
b.      Pencampuran
Pencampuran merupakan proses penggabungan antara air murni dengan gula dan formula konsentrat (concentrate) untuk menghasilkan sirup. Kemudian, proses selanjutnya adalah penambahan soda pengkarbonasi (karbondioksida murni) ke dalam campuran sirup untuk mendapatkan kesegaran rasa.
c.       Pencucian
Pencucian merupakan proses pencucian, pensterilan, dan pembilasan botol bekas pakai sebelum diisi kembali untuk memastikan konsistensi kualitas produk.
d.      Pengisian dan Penutupan
Setelah melalui proses pencucian, mesin pengisian memasukkan campuran sirup yang sudah siap dalam jumlah akurat, lalu lamngsung diikuti dengan menutup kemasan tersebut untuk menjamin dan memastikan kebersihannya.
e.       Pengkodean
Masing-masing botol ditandai dengan kode khusus yang menjelaskan hari, bulan, shift, dan pabrik pembuatan.
f.       Pemeriksaan
Proses pengontrolan dilakukan secara cermat mulai botol dibawa ke pabrik, dicuci, hingga pada tahap pengisian. Pengontrolan secara manual dan mekanis adalah untuk memastikan keunggulan kualitas produk.
g.      Pengemasan
Setelah pengontrolan terakhir, botol yang telah diisi siap untuk dikemas dan dikirimkan.
h.      Pengangkutan
Pengangkutan merupakan proses pengiriman produk yang telah dikemas kepada channel perusahaan.

E.     Teknologi Informasi
Sistem informasi manajemen (manajement information system atau sering dikenal dengan singkatannya MIS)merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yangdibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. SIM (sistem informasi manajemen) dapat didefenisikansebagai kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan danmengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalamkegiatan perencanaan dan pengendalian.Secara teori, komputer tidak harus digunakan didalam SIM, tetapi kenyataannya tidaklah mungkin SIM yangkomplek dapat berfungsi tanpa melibatkan elemen komputer. Lebih lanjut, bahwa SIM selalu berhubungandengan pengolahan informasi yang didasarkan pada komputer (computer-based information processing). SIM merupakan kumpulan dari sistem-sistem informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistem-sistem informasi sebagai berikut :
1.      Sistem informasi akuntansi (accounting information system), menyediakan informasi daritransaksi keuangan.
2.      Sistem informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan informasiuntuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3.      Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information system).
4.      Sistem informasi personalia (personnel information systems)
5.      Sistem informasi distribusi (distribution information systems)
6.      Sistem informasi pembelian (purchasing information systems)
7.      Sistem informasi kekayaan (treasury information systems)
8.      Sistem informasi analisis kredit (credit analiysis information systems)
9.      Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development  information systems)
10.  Sistem informasi teknik (engineering information systems)



F.      Sumber Daya Manusia
           











Pengembangan SDM selalu menjadi fokus dari manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia untuk mempersiapkan karyawan yang kompeten, dinamis, dan berdedikasi tinggi, sesuai dengan tujuan kami  memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan bagi pelanggan.
Dengan sejarahnya yang panjang di Indonesia, kami konsisten merekrut orang-orang muda berpotensi untuk mengisi peran penting di perusahaan dan juga tetap membuka peluang bagi  para tenaga profesional yang berpengalaman Filosofi program pengembangan kami menekankan "Hands on Experience" yang dikombinasikan dengan coaching dan mentoring secara terus menerus serta program pelatihan di dalam kelas.
Kami percaya bahwa pengelolaan yang baik atas kompetensi akan mendukung performa bisnis secara keseluruhan. Untuk itu, kompetensi menjadi jangkar dari proses pengembangan setiap karyawan kami,  untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang tepat sesuai dengan yang diperlukan, tidak hanya untuk mengerjakan pekerjaannya saat ini, namun untuk  menghadapi kesempatan karir berikutnya.



G.    Prospek Kerja Lulusan Sarjana Teknik Industri di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia
  • Supervisor produksi
Kebanyakan industri manufaktur mensyaratkan posisi ini diisi oleh pria karena jam kerjanya yang biasanya berdasarkan shift. Walaupun sistem shift seringkali tidak berlaku untuk level supervisor, namun tanggung jawab jabatan kerap menuntutnya untuk paling tidak sekedar hadir di tiap shift. Belum lagi apabila terjadi masalah di luar kendali.
  • Quality system management (Quality Assurance)
Tanggung jawab bagian ini bukanlah mengecek kualitas produk maupun material, melainkan menjaga berjalannya sistem yang telah dibakukan berdasarkan standar internasional sistem kualitas. Industri manufaktur yang telah menerapkan sistem kualitas mutu internasional seperti ISO harus secara berkala meninjau apakah proses yang berjalan sudah sesuai dengan panduan yang dibuat dan apakah panduan tersebut selalu diperbarui jika ada perubahan.
  • Inventory management
Karena keterbatasan area yang dimiliki perusahaan untuk penyimpanan barang jadi, setengah jadi, maupun material, diperlukan adanya manajemen penyimpanan. Ini juga salah satu ilmu dasar pada jurusan Teknik Industri.  Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam manajemen penyimpanan, seperti harga barang, dimensi kemasan barang, luas area yang tersedia, lama pemesanan ke supplier, seberapa sering barang jadi dibeli konsumen, dan berapa lama masa garansi atau kadaluarsa barang.
H.    Limbah Proses Produksi & penanganannya
            . Penanganan Limbah
PT. Coca-Cola Amatil Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa memahami, mencegah, dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan. Oleh karena itu PT. CCAI membuat suatu Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) di lokasi pabrik.
           
Terdapat dua jenis limbah PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Unit Jawa Barat yaitu limbah padat dan limbah cair.
H.1. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia – Unit Jawa Barat meliputi kemasan botol yang rusak atau pecah, sedotan, crawn cap, closure, preform, kemasan bahan baku dan bahan penunjang, barang-barang bekas dari kegiatan lainnya seperti bekas mesin produksi, pompa, ban bekas dan sampah padat lainnya akan dikumpulkan dan dibuang oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah setempat untuk didaur ulang.
Sedangkan sampah domestik yang ditampung di tempat penampungan sementara akan diambil oleh pihak ketiga untuk disalurkan ke tempat penampungan sampah terakhir.
H.2. Penanganan Limbah Cair
 Limbah cair (kecuali air hujan) yang berasal dari bottling line, syrup room (tanki sanitasi), dan water treatment dan waste water treatment (back wash dan regenerasi) ditampung di dalam bar screen yang fungsinya untuk memisahkan kotoran-kotoran seperti sampah, plastik, sedotan dan lain sebagainya. Selanjutnya setelah disaring melalui bar screen, limbah tersebut di tampung dalam pump fit yang kemudian di tampung lebih lanjut dalam bak ekualisasi lama.
Kemudian limbah cair tadi dialirkan menuju fat trap yang berjumlah 2 buah bak dengan kapasitas 50 m3 dan bersekat 5 buah untuk memisahkan lemak dan minyak. Lemak dan minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air akan tertahan di permukaan, sedangkan air limbahnya akan berada di bagian bawah yang selanjutnya di pompa menuju ke bak equalisasi basin.
Bak equalisasi basin yang memiliki volume 500 m3 berfungsi untuk menghomogenisasikan dan menetralisir air limbah sebelum pengolahan lebih lanjut. Proses penetralisir air limbah ini menggunakan soda kasutik dengan konsentrasi 98 % sehingga pH air menjadi 6,5 – 8. Bak equaliasasi ini dilengkapi dengan aerator summersibel yang fungsinya untuk peraerasi air limbah agar air limbah tersebut tidak mempunyai fluktuasi kualitas yang besar sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya, air limbah di homogenkan dan diaerasikan menggunakan aliran turbulen. Kemudian air limbah tersebut dialirkan menuju bak oxidation ditch.

Bak oxidation ditch yang memiliki volume 1600 m3 berfungsi untuk menguraikan zat-zat organik yang berada dalam air limbah dengan menggunakan Lumpur aktif dan bakteri aerobik (berespirasi menggunakan oksigen). Bakteri tersebut yaitu jenis Escherichia coli, Staphillococcus, pseudomonas sp dan Acetobacter. Untuk mempercepat pertumbuhan bakteri ditambahkan Urea pada bak equalisasi. Bak equalisasi dilengkapi dengan dua buah aerator yang berfungsi agar bakteri dapat kontak dengan air limbah secara optimal, agar semua Lumpur dapat tercampur dengan air limbah secara merata dan membantu tersuplainya oksigen untuk pertumbuhan bakteri.
Air limbah selanjutnya di alirkan menuju bak clarifier yang memiliki volume 300 m3. Bak clarifier ini berfungsi untuk memisahkan lumpur aktif yang ikut terbawa dari oxidation. Lumpur aktif ini akan diendapkan dan dikumpul dibawah centre well oleh scrapper yang terdapat di bak clarifier, sedangkan air akan mengalir secara over flow menuju ke saluran selanjutnya.
Lumpur yang telah berkumpul dimasukkan ke dalam sludge collector oleh alat return sludge dan disirkulasikan kembali menuju ke bak oxidation ditch. Tetapi jika lumpur tersebut sudah tidak bisa di uraikan kembali maka akan dialirkan menuju drying bed.
Lumpur yang berada di drying bed akan dikeringkan dan tertahan di bagian permukaan dengan bantuan sinar matahari yang selanjutnya akan dibuang. Sedangkan air yang masih terkandung dalam lumpur akan disirkulasikan kembali ke bak equalization setelah pemeriksaan di control bed.
Air yang mengalir secara over flow dari bak clarifier ada yang dialirkan menuju sand filter untuk dijernihkan dari kotoran dan lumpur, kemudian dialirkan menuju zeolit filter atau sand filter, kemudian air ditampung di recycled tank yang berkapasitas 1500 L, air di recycled kemudian dialirkan menuju tanki carbon filter yang berkapasitas 1000 L untuk menyaring kotoran-kotoran pada air, air setelah melewati carbon filter tank selanjutnya ditampung di pressure tank, kemudian air dari pressure tank dilakukan pelunakan di softener tank, air yang telah dilakukan pelunakkan selanjutnya dialirkan melalui pipa yang terbagi menjadi dua pipa, pipa pertama dialirkan menjadi general use sebagai kebutuhan air di toilet, taman, mesjid, dan air pembersih mobil dan forklift. Adapula yang langsung dialirkan menuju sungai setelah melewati indikator fish pond (kolam ikan), sedangkan pipa yang kedua dialirkan untuk proses resin penukar ion yang selanjutnya dialirkan menuju boiler.
Parameter dan pemantauan limbah dilakukan setiap hari oleh operator limbah yang dapat dilihat pada tabel.
DO (Dissolve Oxygen) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air limbah yang dinyatakan dalam satuan ppm (minimal 2-4 ppm). BOD (Biology Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa-senyawa organik serta biologi oleh bakteri dalam satuan ppm (tidak boleh lebih dari 50 ppm), COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik secara kimia dinyatakan dalam satuan ppm (< 15 ppm). MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) adalah jumlah padatan yang tersuspensi pada air limbah (oxidation). SSRS (Suspended Solid Return Sludge) adalah jumlah padatan yang tersuspensi yang dikembalikan ke bak oxidation. TSS (Total Suspended Solid) adalah semua padatan yang mengambang pada permukaan air limbah yang sebagian besar dapat dipisahkan dari air limbah melalui penyaringan. TDS (Total Dissolve Solid) adalah semua padatan yang terlarut dan ukurannya lebih kecil dari 0,45 mikron (ion-ion bervalensi 3).

Tabel 2.  Parameter dan Pemantauan Limbah Cair PT CCAI – West Java
Parameter
Frekuensi
Tempat Sampling
Standar
DO (Dissolve Oxygen)
 1 kali setiap shift
Di titik mati
2-mg/Liter
pH
1 kali setiap shift
Di titik mati
7 – 9
Temperatur
1 kali setiap shift
Di titik mati
< 35 °C
SV (Sludge Volume)
2 kali setiap shift
Di titik mati
20 – 30 %
MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)
Setiap pagi dan setelah sludge dibuang
Di aerator yang sedang berjalan
2000 – 2500 mg/Liter
SSRS (Suspended Solid Return Sludge)
Setiap pagi


BOD (Biology Oxidation Demand)
1 kali setiap shift
Before equalisasi & after clarifier
Tidak boleh lebih dari 50 ppm
COD (Chemical Oxidation Demand)
1 kali setiap shift
Before equalisasi & after clarifier
< 15 ppm
Penambahan Nutrisi
Setiap pagi

BOD : N : P
100 : 5 : 1
           
            Untuk pengujian kadar COD dan BOD dilakukan di laboratorium oleh petugas QA satu kali setiap minggu.
            Prosedur pengujian kadar BOD adalah sebagai berikut,
  1. Sampel di masukkan ke dalam botol sampel dan diaduk dengan batang pengaduk magnet
  2. Tambahkan ½ NaOH dan botol tersebut ditutup.
  3. Kemudian botol sampel tersebut dimasukkan ke dalam thermochamber dan diaduk selama 60 menit sampai temperatur stabil.
  4. Kencangkan tutup botol tersebut dan dimasukkan ke dalam stro breaker
  5. Set skala di angka nol
  6. Kemudian dicatat jam, tanggal, dan angka yang dihasilkan.
Simpan botol tersebut dan tunggu sampai dengan 5 hari, setelah itu baru didapatkan hasilnya.
            Prosedur pengujian kadar COD adalah sebagai berikut,
  1. Sampel dipipet ke dalam tabung reaksi sambil ditambahkan transferpett sebanyak 2 ml dan pereaksi standar kemudian tutup dan diaduk
  2. Tabung reaksi tadi dimasukkan ke dalam thermoreaktor Cr 3000 yang telah diset 148 °C selama 120 menit.
  3. Setelah 120 menit tabung reaksi tadi diangkat dan dibiarkan selama 10 menit
  4. Photometer MPM 2010 dinyalakan dan diset Filter collectornya diangka satu (jika COD 160) atau diangka dua (jika COD 1500)
  5. Kemudian pilih menu “factor” dan isi data masing-masing faktor dengan nilai faktor.
  6. Tabung reaksi disimpan di sampel cell photometer dan dibaca nilai COD (mg/Liter).

1 komentar: